Minggu, 05 April 2015



SINOPSIS NOVEL 99 CAHAYA DILANGIT EROPA


Novel 99 Cahaya di Langit Eropa menceritakan tentang perjalanan Penulis (Hanum) dengan suami nya (Rangga) Menapak jejak Islam di Eropa. Pengalaman yang makin memperkaya spiritual untuk lebih mengenal Islam dengan cara yang berbeda. Fatma Tinggal di Eropa selama 3 tahun adalah arena menjelajah Eropa dan segala isinya. Hingga akhirnya aku menemukan banyak hal lain yang jauh lebih menarik dari sekedar Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepakbola San Siro, Colloseum Roma, atau gondola gondola di Venezia. Pencarianku telah mengantarkanku pada daftar tempat-tempat ziarah baru di Eropa. Aku tak menyangka Eropa sesungguhnya juga menyimpan sejuta misteri tentang Islam. Eropa dan Islam. Mereka pernah menjadi pasangan serasi. Kini hubungan keduanya penuh pasang surut prasangka dengan berbagai dinamikanya. Aku merasakan ada manusia-manusia dari kedua pihak yang terus bekerja untuk memperburuk hubungan keduanya.

Pertemuanku dengan perempuan muslim di Austria, Fatma Pasha telah mengajarkanku untuk menjadi bulir-bulir yang bekerja sebaliknya. Menunjukkan pada Eropa bulir cinta dan luasnya kedamaian Islam. Sebagai Turki di Austria, Ia mencoba menebus kesalahan kakek moyangnya yang gagal meluluhkan Eropa dengan menghunus pedang dan meriam. Kini ini ia mencoba lagi dengan cara yang lebih elegan, yaitu dengan lebarnya senyum dan dalamnya samudra kerendahan hati.

Museum Louvre, Pantheon, Gereja Notre Dame hingga Les Invalides semakin membuatku yakin dengan agamaku. Islam dulu pernah menjadi sumber cahaya terang benderang ketika Eropa diliputi abad kegelapan. Islam pernah bersinar sebagai peradaban paling maju di dunia, ketika dakwah bisa bersatu dengan pengetahuan dan kedamaian, bukan dengan teror atau kekerasan.
Perjalananku menjelajah Eropa adalah sebuah pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan oleh Islam di benua ini. Cordoba, Granada, Toledo, Sicilia dan Istanbul masuk dalam manifest perjalanan spiritualku selanjutnya.
 

Saat memandang matahari tenggelam di Katedral Mezquita Cordoba, Istana Al Hambra Granada, atau Hagia Sophia Istanbul, aku bersimpuh. Matahari tenggelam yang aku lihat adalah jelas matahari yang sama, yang juga dilihat oleh orang-orang di benua ini 1000 tahun lalu. Matahari itu menjadi saksi bisu bahwa Islam pernah menjamah Eropa, menyuburkannya dengan menyebar benih-benih ilmu pengetahuan, dan menyianginya dengan kasih sayang dan toleransi antar umat beragama. 






BUDAYA DARI MADURA


Perkenalkan nama saya Devan Anggara Putra, mahasiswa Universitas Gunadarma, Jurusan Teknik Informatika, sekarang masih tingkat 1. Pada tulisan ini saya mau menuliskan tentang budaya kelahiran yang memotifasi dalam hidup saya. Bisa dilihat pada gambar diatas, itu merupakan salah 1 foto joki pada lomba "Karapan Sapi". Apasih Karapan Sapi itu ?
Karapan Sapi dahulu nya merupakan tradisi di tanah madura yang biasa nya dilakukan sehabis panen sawah, sebagai bentuk ucapan sukur kepada yang maha kuasa atas keberhasilan panen masyarakat madura. Karapan sapi biasa nya dilakukan antara bulan Agustus - September, kalau di madura bulan segitu adalah masa-masa panen mereka. Dahulu karapan sapi hanya sebuah tradisi, dan sekarang Karapan sapi sudah menjadi lomba tahunan masyarakat madura. Untuk mengikuti lomba ini biasa nya peserta yang mengikuti pasti mempunyai biaya besar untuk mengurus sepasang sapi yang akan diadu, yang dimana sapi-sapi tersebut badan nya besar, kekar dan memiliki tenaga besar, dan seorang joki yang mengendarai sapi tersebut.
Kenapa saya memilih budaya dari madura ini dalam memotifasi hidup ? Saya begitu termotifasi dalam mengucapkan rasa sukur terhadap yang maha kuasa atas keberhasilan panen, masyarakat madura mau mengeluarkan uang dalam jumlah banyak untuk mengurus hewan ternak, serta diadakan karapan sapi ini masyarakat madura tidak pernah lupa bersyukur atas hasil panen. Arti nya "Sedikit maupun banyak rezeki yang didapat, jangan lah lupa bersyukur kepada Allah, yang telah memberikan kita rezeki". Saya jadi ingat salah 1 ayat Al-qur'an pada surah Ar-Rahman (Fabbi ayyi alaa irrabbikumma tukadzibun) "maka nikmat mana yang engkau dustakan ?"
Ya semoga pada pembaca yang membaca tulisan blog saya suatu saat bisa main ke madura dan lihat bagaimana meriah nya karapan sapi ^^. Sukron Kasiron wahai pembaca blog :)
NB : Gambar diambil di mbah google, tulisan 100% pemikiran dan ketikan saya sendiri ^^